Turunnya Harga Minyak Mentah Dunia dan Penerimaan Migas APBN
Prof. Firmanzah., PhD Rektor Universitas Paramadina
Turunnya harga minyak mentah dunia yang saat ini tengah terjadi menjadi perhatian banyak kalangan. Tidak hanya bagi negara-negara eksportir utama minyak mentah dunia, tetapi bagi Indonesia juga menjadi hal yang patut kita cermati bersama. Meski saat ini kita adalah negara net-importir, kontribusi penerimaan negara dari sektor migas cukup besar. Secara rata-rata, dari tahun 2010-2014, penerimaan negara dari sektor Migas yang meliputi PPh Migas, PNBP Migas dan PNBP lainnya dari kegiatan hulu migas berkontribusi pada penerimaan negara sebesar 21,61%. Sehingga tren rendahnya harga minyak mentah dunia berpotensi menurunkan pendapatan negara dari sektor ini. Turunnya realisasi pendapatan negara tentunya akan mengganggu sejumlah proyeksi yang tertuang dalam struktur APBN kita.
Ilustrasi Harga Minyak Mentah Dunia |
Dalam proyeksi APBNP 2015, pendapatan negara dari sektor Migas ditargetkan lebih rendah yaitu sebesar Rp. 156,09 triliun dari APBN 2015 sebesar Rp. 326,95 triliun. Pada APBN 2016, target penerimaan dari sektor Migas kembali dipangkas menjadi Rp. 126,083 triliun. Sementara itu asumsi ICP pada APBN 2016 dipatok sebesar US$ 50/barel. Selain target lifting minyak juga mengalami tren penurunan, harga minyak mentah dunia juga mengalami penurunan. Terlebih dengan kondisi kondisi dan tren pelemahan harga minyak mentah dunia yang saat ini berlangsung tentunya membuat banyak kalangan khawatir akan realisasi penerimanaan negara dari sektor Migas.
Meski pada penutupan perdagangan Jumat (23/1) harga minyak mentah dunia ditutup sedikit naik dan berada di level US$ 31/barel, angka ini masih jauh dibawah dari asumsi harga ICP pada APBN 2016. Sedikit kenaikan yang terjadi di minggu lalu disebabkan karena musim dingin terjadi di banyak negara Eropa dan Amerika Serikat.
Selain itu juga, membanjirnya pasokan minyak mentah dunia telah dan akan semakin menekan harga minyak mentah dunia. Di beberap minggu yang lalu telah menekan harga minyak mentah dunia dalam kisaran US$ 27-28/barel. Bahkan sejumlah lembaga internasional memprediksikan harga minyak mentah dunia dapat menyentuh level yang sangat rendah dan berada pada kisaran US$ 15/barel.
Membanjirnya pasokan disebabkan oleh dipertahankannya produksi minyak OPEC, berakhirnya embargo Iran pasca kesepakatan nuklir, cadangan shale-oil yang cukup besar di Amerika Serikat dan melambatnya permintaan dunia akibat penurunan aktivitas ekonomi. Melambatnya pertumbuhan China ikut menurunkan permintaan minyak dunia yang menekan harga minyak dunia di saat pasokan terus melimpah.
Revisi APBN 2016 dianggap mendesak untuk dilakukan mengingat target penerimaan negara diprediksi sulit untuk dicapai. Harapan dari pendapatan negara non-minyak diprediksi akan lebih tinggi dibandingkan 2015 namun sepertinya sulit untuk mencapai seperti target APBN 2016. Kondisi usaha di dalam negeri juga belum mampu bangkit seperti tahun-tahun sebelumnya. Sehingga penyesuaian baik dari sisi penerimaan dan pengeluaran APBN 2016 menjadi keniscayaan. Hal ini juga tercermin pada tahun lalu dimana defisit fiskal melebar menjadi 2,8%. Tingginya defisit anggaran merupakan cermin bahwa gap antara realisasi penerimaan dan pengeluaran semakin membesar.
Turunnya Harga Minyak Mentah Dunia dan Penerimaan Migas APBN
Reviewed by Boga Aink Kuliner Kekiniana
on
11:59 PM
Rating:
No comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.